Entri Populer

Senin, 28 Mei 2012

::DIANTARA DUA PECINTA DUNIA vs AKHIRAT::



Cinta sebuah kata yang mudah diucapkan namun sulit untuk dibuktikan. cinta memiliki makna yang sangat dalam.
Akan tetapi cinta akan menimbulkan sebuah persepsi yang salah sehingga akan bertabrakan antara pecinta yang satu dengan pecinta yang lain.

Diantara kedua pecinta akan mendapatkan bagian dari apa yang dicintainya. Kebahagiaan abadi atau kebahagian sesaat. Penderitaan berkepanjangan atau derita yang hanya sekejap mata. Siapakah mereka??

Pecinta Dunia dengan Pecinta Akhirat...
Pecinta Hawa Nafsu dengan Pecinta Sunnah...
Pecinta Kemaksiatan dengan Pecinta Keta’atan...
Pecinta makhluk-makhluk dengan Pecinta Nabi-Nya...


Itulah dua jenis pecinta yang memiliki perbedaan pengetahuan tentang hakikat cinta. Untuk pecinta Dunia, mereka memandang dunia adalah segalanya.
Dengan meraih dunia dan mengejar impiannya di dunia akan membuat hidup bahagia. Kekayaan, pangkat, dan jabatan akan membuat hidup lebih tenang dan bahagia. Mereka menghabiskan masa hidupnya untuk mencari kekayaan.
Mereka lupa akan sebuah hakikat kematian. Mereka lupa bahwa umur adalah rahasia Allah yang tidak diketahui oleh makhluk ciptaan-Nya.


Wahai para pecinta dunia..
Wahai sang penjilat harta...
Ingatlah akan umurmu..
Engkau menganggap akan hidup sekian tahun lagi...
Mencari harta dunia
Namun belum berapa tahun
Engkau telah dijemput maut
Engkau telah mendapatkan harta
Tapi engkau tidak merasakannya
Sedikitpun.. sama sekali


Bandingkan dengan pecinta akhirat.
Hidupnya senantiasa mengingat Allah.
Lisannya selalu basah dengan dzikrullah.
Waktunya ia habiskan untuk menuntut ilmu-ilmi Allah.
Sehingga terpancar di wajahnya keikhlasan, kebahagiaan abadi meskipun fisiknya lemah, badannya kurus namun memiliki jiwa yang kuat, hati yang bersih tanpa harus memikirkan dunianya.
Tanpa harus gelisah dengan hartanya.

Karena ia menilai bahwa harta akan lenyap.
Jika hidupnya ia gunakan untuk mencari harta, ia yakin bahwa ia tidak akan tenang karena ia harus menjaganya.
Sedangkan mencari ilmu malah ilmu yang akan menjaga dirinya.
Menjadi penerang dalam hidupnya dan menjadi cahaya dalam kegelapan malam, kegelapan bawah tanah.

Lihatlah Pecinta hawa nafsu, syahwat dan kemaksiatan.
Hari-harinya dipenuhi dengan maksiat. Siang dan malam ia berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya baik dengan sembunyi-sembunyi maupun dengan terang-terangan.
Mereka lupa bahwa Allah pencipta sunyinya malam, bahwa Allah maha mengetahui termasuk daun-daun yang berguguran, bahwa Allah senantiasa mengetahui perbuatan hamba-Nya.

Seandainya mereka mau merenung pasti mereka akan memilih menjadi pecinta keta’atan dan pecinta sunnah-sunnah Nabi-Nya.
Mereka akan selalu menghidupkan sunnah. Mereka membuktikan kecintaannya kepada Nabi-Nya karena mereka yakin bahwa untuk selamat dunia ahirat adalah mengikuti beliau, sunnah-sunnah beliau.
Mereka lebih memilih menjadi singa-singa sunnah Rasulillah Shallallaahu’alaihi wasallaam.

Sungguh hati akan menjadi miris, lisan sulit untuk berucap melihat pecinta-pecinta yang mencintai makhluk-makhluk selain Allah ta’ala. Mereka mencintai artis-artis murahan dan penyanyi-penyanyi kesesatan yang suaranya tidak lebih dari ringkikan khimar (keledai). Mulut-mulutnya dipenuhi dengan nyanyian, telinganya ia beri makan dengan musik-musik, matanya ia suguhkan dengan wanita-wanita penyeru api neraka.

Sehingga hatinya menjadi mati dan tidak mendengar seruan Allah dan Rasul-Nya. Pantas…pantaslah hati menjadi keras, air mata sulit menetes. Mereka mencintai makhluk-makhluk dimana umat tidak pernah mengenal jasa-jasanya terhadap islam.

Setiap hari,setiap saat seruan dzikrusyaitan [mengingat syaitan] ,nyanyian,lagu-lagu bergema menutup telinga,yang juga menutup hati mereka dari dzikrullah [mengingat allah]

Pernahkah engkau melihat sang pecinta nyanyian,kemaksiatan
mereka duduk di majelis ilmu, mendengarkan, dan mengamalkan ilmunya??
Kallaa tsumma kalla..
Pernahkah engkau melihat, mereka sholat lalu bersimpuh
Menangis bersujud di hadapan Allah?
Sangat jauh…
Karena dzikrusyaithon, penyeru kesesatan dan pecinta kemaksiatan, nyanyian, musik-musik akan membawa kepada penderitaan, akan menjauhkan dari dzikrullah.





Sahabat,saudara/i ku fillah…jadilah pecinta pecinta yang mencintai Allah dan Rasul-Nya karena hanya dengan cinta yang lurus dan memahami hakikat cinta maka Allah akan menjanjikannya surga bersama Rasul-Nya. Kita meyakini bahwa kita adalah manusia-manusia yang banyak berbuat salah dan dosa maka sepantasnya memilih pecinta yang dicintai Allah dan Rasul-Nya kecuali bagi mereka yang hatinya sudah mati, jauh dari rahmat dan hidayah Allah akan memilih menjadi pecinta syaiton dan neraka jahannam.

Seandainya kita bertanya kepada orang-orang di sekeliling kita dari berbagai agama, bangsa, profesi dan status sosial tentang cita-cita mereka hidup di dunia ini tentu jawaban mereka sama "kami ingin bahagia". Bahagia adalah keinginan dan cita-cita semua orang. Orang mukmin ingin bahagia demikian juga orang kafir pun ingin bahagia.

Orang yang berprofesi sebagai pencuri pun ingin bahagia dengan profesinya. Melalui kegiatan menjual diri, seorang pelacur pun ingin bahagia. Meskipun semua orang ingin bahagia, mayoritas manusia tidak mengetahui bahagia yang sebenarnya dan tidak mengetahui cara untuk meraihnya.

Meskipun ada sebagian orang merasa gembira dan suka cita saat hidup di dunia, akan tetapi kecemasan, kegalauan dan penyesalan itu merusak suka ria yang dirasakan. Sehingga sebagian orang selalu merasakan kekhawatiran mengenai masa depan mereka. Terlebih lagi ketakutan terhadap kematian.

Allah Ta'ala berfirman:

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (Al-Jumu'ah: 8)


Jika di antara kita yang bertanya-tanya bagaimanakah cara untuk menjadi orang yang berbahagia, maka Allah sudah memberikan jawabannya dengan firman-Nya;

"Barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thoha: 123-124)


Dan juga dalam firman-Nya:
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97)


Kebahagiaan seorang mukmin semakin bertambah ketika dia semakin dekat dengan Tuhannya, semakin ikhlas dan mengikuti petunjuk-Nya. Kebahagiaan seorang mukmin semakin berkurang jika hal-hal di atas makin berkurang dari dirinya.

Seorang mukmin sejati itu selalu merasakan ketenangan hati dan kenyamanan jiwa. Dia menyadari bahwasanya dia memiliki Tuhan yang mengatur segala sesuatu dengan kehendak-Nya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Sungguh menakjubkan keadaan orang-orang yang beriman. Sesungguhnya seluruh keadaan orang yang beriman hanya akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya. Demikian itu tidak pernah terjadi kecuali untuk orang-orang yang beriman. Jika dia mendapatkan kesenangan maka dia akan bersyukur dan hal tersebut merupakan kebaikan untuknya. Namun jika dia merasakan kesusahan maka dia akan bersabar dan hal tersebut merupakan kebaikan untuk dirinya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah)


Inilah yang merupakan puncak dari kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah suatu hal yang abstrak, tidak bisa dilihat dengan mata, tidak bisa diukur dengan angka-angka tertentu dan tidak bisa dibeli dengan rupiah maupun dolar. Kebahagiaan adalah sesuatu yang dirasakan oleh seorang manusia dalam dirinya. Hati yang tenang, dada yang lapang dan jiwa yang tidak dirundung malang, itulah kebahagiaan. Bahagia itu muncul dari dalam diri seseorang dan tidak bisa didatangkan dari luar.



Jika Allah menghendaki seorang hamba untuk mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat, maka Allah akan memberikan taufik kepada dirinya untuk bertaubat, merendahkan diri di hadapan-Nya dan mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai kebaikan yang mampu untuk dilaksanakan.

Oleh karena itu, ada seorang ulama salaf mengatakan:
"Ada seorang yang berbuat maksiat tetapi malah menjadi sebab orang tersebut masuk surga. Ada juga orang yang berbuat kebaikan namun menjadi sebab masuk neraka."Banyak orang bertanya kepada beliau, bagaimana mungkin hal tersebut bisa terjadi?, lantas beliau menjelaskan:"Ada seorang yang berbuat dosa, lalu dosa tersebut selalu terbayang dalam benaknya. Dia selalu menangis, menyesal dan malu kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Hatinya selalu sedih karena memikirkan dosa-dosa tersebut. Dosa seperti inilah yang menyebabkan seseorang mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan. Dosa seperti itu lebih bermanfaat dari berbagai bentuk ketaatan, Karena dosa tersebut menimbulkan berbagai hal yang menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba. Sebaliknya ada juga yang berbuat kebaikan, akan tetapi kebaikan ini selalu dia sebut-sebut di hadapan Allah. Orang tersebut akhirnya menjadi sombong dan mengagumi dirinya sendiri disebabkan kebaikan yang dia lakukan. Orang tersebut selalu mengatakan ’saya sudah berbuat demikian dan demikian’. Ternyata kebaikan yang dia kerjakan menyebabkan timbulnya ‘ujub, sombong, membanggakan diri dan merendahkan orang lain. Hal-hal ini merupakan sebab kesengsaraan seorang hamba. Jika Allah masih menginginkan kebaikan orang tersebut, maka Allah akan memberikan cobaan kepada orang tersebut untuk menghilangkan kesombongan yang ada pada dirinya. Sebaliknya, jika Allah tidak menghendaki kebaikan pada orang tersebut, maka Allah biarkan orang tersebut terus menerus pada kesombongan dan ‘ujub. Jika ini terjadi, maka kehancuran sudah berada di hadapan mata."


Wallahu ta'ala a'lamu bish showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar