Entri Populer

Jumat, 13 Juli 2012

KESEMPURNAAN CINTA ADALAH MENGHARGAI KETIDAK SEMPURNAAN




Tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini, apalagi jika kita setiap kali mempermasalahkan ketidaksempurnaan seseorang atau sesuatu. Bukankah ketidaksempurnaan itulah yang
dapat memberikan kita berbagai pelajaran tentang kehidupan ini ...??

Sebuah ketidaksempurnaan, mengajarkan kita banyak hal ...
• bagaimana menjadi SABAR.
• bagaimana menjadi RENDAH HATI.
• bagaimana menjadi TEGAS.
• bagaimana menjadi MURAH HATI.

bahkan, ketidaksempurnaan juga mengajarkan kita melalui berbagai emosi negatif
yang mungkin kita rasakan ...

• saat kita MARAH.
• saat kita SEDIH.
• saat kita KECEWA

Kita belajar dari segala sesuatunya dan semua itu adalah karena ketidaksempurnaan.
Jadi mengapa kita harus menyalahkan dan mempermasalahkan sebuah ketidaksempurnaan...?

Tak ada satu hal atau satu orangpun yang sempurna di dunia ini.
Dan apakah kita tahu ...??

Kita akan merasakan kesempurnaan dalam hidup kita, saat kita benar-benar menghargai
adanya ketidaksempurnaan itu ...

Demikian halnya dalam cinta ...
Tak ada cinta yang sempurna ...

Karena kesempurnaan cinta itu adalah saat kita mencintai ketidaksempurnaan,
dan saat kita menyadari bahwa tak ada yang sempurna.

Cinta di hati.
Bagaimana mungkin kita mengukurnya...
Karena cinta bukanlah untuk diukur, dinilai atau dibuktikan...

Hanya untuk dinyatakan dan dirasakan.
Jika cinta itu berasal dari hati, maka hati pulalah yang mampu merasakannya.

Kamis, 12 Juli 2012

AKU TIDAK TAKUT NERAKA..!!!!


Kisah obrolan antara orang gila yang alim dan Abid (ahli ibadah) yang shalih.

Di suatu negeri, hiduplah seorang abid yang selalu bermunajat kepada Allah Ta’ala di setiap hari-harinya. Apabila dia ingat atas dosa-dosanya yang telah lalu, tak jarang dia menangis tersedu-sedu sehingga air matanya membasahi hampir sebagian baju yang dikenakannya.

Maklum saja, abid tersebut dulunya adalah seorang yang pernah hidup di lembah hitam yang sudah barang tentu, beraneka macam bentuk kemaksiatan sudah pernah dicicipinya.




Suatu hari, ketika abid tersebut sedang asyik dalam munajatnya dan menangis tersedu-sedu sehingga air matanya membasahi kedua pahanya, lewatlah orang gila melintasi tempat di dekat ahli ibadah tersebut bermunajat.

Dalam munajatnya, abid tersebut berkata:
“Wahai Tuhanku…janganlah masukkan aku ke neraka”.

“Belas kasihanilah aku…bersikap lembutlah kepadaku wahai Tuhanku”.
“Wahai Dzat yang Maha Rahman dan Rahim…jangan siksa aku dengan neraka-Mu”.

“Aku ini sangat lemah wahai Tuhanku…aku pasti tidak akan kuat bertempat di neraka-Mu…oleh karena itu, kasihanilah aku wahai Tuhanku”.

“Wahai Tuhanku…Kulitku ini sangat lembut, pasti tidak akan kuat menahan api neraka-Mu. Oleh karena itu wahai Tuhanku…Kasihanilah aku”.

“Wahai Tuhanku…tulangku sangat rapuh, tidak akan kuat menahan siksaan neraka-Mu, oleh karena itu wahai Tuhanku…Kasihanilah aku”.

Mendengar ucapan abid yang sedang bermunajat tersebut, orang gila yang sedang melintas tadi tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dengan sangat keras sekali.

Ha ha ha ha ha  ha…!!

Karena merasa dilecehkan, sambil melotot abid tadi berkata:
“Wahai orang gila…apa yang sedang kamu tertawakan??!!”.

Dengan terkekeh orang gila tadi menjawab:
“Ucapan dalam munajatmu tadi sungguh membuatku tergelitik untuk tertawa”.

Abid menimpali:
“Ucapanku yang mana yang membuatmu tertawa wahai orang gila??!”.

Orang gila tadi menjawab:
“Engkau menangis karena takut dengan neraka…itulah yang membuatku tertawa terbahak-bahak!!”

Abid berkata:
“Apakah engkau tidak takut dengan neraka wahai orang gila??!”.

Sambil kembali tertawa terbahak-bahak orang gila tersebut menjawab:
“Ha ha ha ha ha….Sedikit pun aku tidak takut dengan yang namanya neraka”.

Abid berkata:
“oowwhh….benar, engkau memang benar-benar gila!!”.

Sambil sedikit menahan tawa, orang gila tadi menjawab:
“Kenapa engkau takut dengan neraka wahai abid, sedangkan engkau memiiliki Tuhan Yang Maha  Rahman dan Rahim??!, yang rahmat-Nya lebih luas dari apapun juga!!”.

Dengan agak takjub dengan ucapan orang gila tadi, abid tersebut menjawab:
“Sesungguhnya aku memiliki dosa yang apabila Allah Ta’ala meminta pertanggung jawaban kepadaku dengan keadilan-Nya, niscaya Allah akan memasukkan aku ke neraka”.

“Oleh karena itu aku menangis wahai orang gila…itu semua aku lakukan agar Allah Ta’ala berbelas kasihan kepadaku, mengampuni dosa-dosaku, tidak meminta pertanggung jawaban kepadaku dengan keadilan-Nya, tetapi dengan keutamaan dan kelembutan-Nya, sehingga Dia tidak memasukkan aku ke dalam neraka-Nya”.

Ha ha ha ha ha ha….!!

Mendengar jawaban abid yang sangat memilukan dan terkesan memelas tersebut, orang gila tadi kembali tertawa terbahak-bahak dengan suara yang lebih keras lagi.

Dengan kesal abid tersebut berkata:
“Apa yang engkau tertawakan wahai orang gila??!”.

Masih dalam kedaan terkekeh, orang gila tadi menjawab:
“Wahai abid…engkau memiliki Tuhan Yang Maha Adil yang tidak akan pernah berkhianat, tetapi engkau malah takut kepada-Nya”.

“Engkau memiliki Tuhan yang Maha Rahman, Maha Rahim, Maha menerima taubat…tetapi engkau malah takut dengan nerakanya”.

Sambil agak bingung dengan pernyataan orang gila tadi, abid tersebut berkata:
“Apakah engkau tidak takut pada Allah Ta’ala wahai orang gila??!”

Dengan sedikit tertawa orang gila tersebut menjawab:
“Iya…aku takut kepada Allah Ta’ala, tetapi takutku kepada-Nya bukan karena neraka-Nya”.
Mendengar jawaban orang gila tersebut, abid tadi bingung dan tidak habis pikir, kemudian bertanya:

“Jika engkau tidak takut dengan neraka-Nya, lalu apa yang membuatmu takut kepada Allah Ta’ala??!!”.

Tiba-tiba dengan mimik muka yang cukup serius, orang gila tadi menjawab:
“Yang aku takutkan adalah ketika nanti aku bertemu dengan Tuhanku dan Dia menanyaiku…wahai hamba-Ku, kenapa engkau bermaksiat kepada-Ku??!”.

“Jika saja aku ditakdirkan menjadi calon penghuni neraka, aku sangat berharap supaya aku dimasukkan neraka tanpa dihadapkan kepada-Nya dan ditanyai terlebih dahulu”.

“Api neraka lebih ringan menurutku dari pada harus menjwab pertanyaan Allah Ta’ala…aku pasti tidak akan mampu memandang-Nya dengan pandangan seorang pengkhianat ini, serta menjawab pertanyaan-Nya dengan mulut seorang penipu ini”.

“Jika saja dengan dimasukkannya aku ke neraka, itu semua membuat kekasihku ridlo kepadaku…maka dengan senang hati aku menerimanya”.

Kemudian dengan suara pelan dan masih dengan mimik muka serius, orang gila tadi kembali berkata:

“Wahai abid…maukah kamu aku beri tahu sebuah rahasia, tetapi jangan engkau bocorkan rahasia ini kepada siapapun??!”.

Dengan mimik muka bingung, abid tersebut menjawab:
“Apa rahasia tersebut wahai orang gila??!”.

Dengan agak berbisik orang gila tersebut menjawab:
“Taukah kamu wahai abid, bahwasanya Tuhanku tidak akan pernah memasukkan aku ke neraka…taukah kamu kenapaa!!”

Dengan terkejut dan bingung  abid tadi berkata:
“Loh….kok bisa begitu wahai orang gila??!”.

Dengan tenang dan tatapan mata menerawang jauh, orang gila tersebut menjawab:

“Itu semua disebabkan karena aku beribadah kepada-Nya dengan dasar cinta dan rindu, sedangkan engkau wahai abid, engkau beribadah kepada-Nya dengan dasar takut serta tamak akan surga-Nya”.

“Persangkaanku kepada-Nya lebih baik dari pada persangkaanmu…harapanku kepada-Nya lebih baik dari pada harapanmu”.

“Oleh karena itu wahai abid, perbaikilah harapanmu kepada Tuhanmu dengan sebaik-baik harapan”.

“Taukah engakau wahai abid…dulu ketika Musa alaihissalam melihat api di gunung Thursina lalu mendatanginya dengan harapan mendapat sedikit kehangatan dari api tersebut, ia kembali menjadi seorang Nabi, dan aku…aku pergi menuju Tuhanku dengan membawa cinta dan rindu untuk melihat keindahan-Nya, maka aku kembali sebagai orang gila”.

Setelah berkata demikian, tiba-tiba orang gila tersebut kembali terawa terbahak-bahak lalu pergi meninggalkan abid begitu saja.

Dan dengan dihinggapi rasa takjub yang luar biasa atas ucapan orang gila tadi, sambil kembali menangis abid tersebut berkata:

“Subhanallah…orang gila tadi adalah bukan orang sembarangan, dia adalah paling cerdas-cerdasnya orang yang pernah aku temui sepanjang hidupku”.

*Walaupun tidak jelas dari mana sumber kisah ini, namun tetap saya tulis. Yaaa….meskipun begitu, semoga tetap ada manfaat meski sedikit dari tulisan ini. Juga, semoga bisa menjadi ibaroh serta bahan renungan bagi kita semua…Aamiin

اللهم صل وسلم على سيدنا وحبيبنا محمد وعلى اله واصحابه ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين

Selasa, 10 Juli 2012

MENCINTAI KARENA ALLAH DENGAN SESUNGGUHNYA



Dalam hadist yang diriwayatkan dari Anas bin Malik dikisahkan.

Ada seorang sahabat yang berdiri disamping Rosulullah
Shollalahu Alaihi Wa Sallam, 
lalu seorang sahabat lain lewat dihadapan keduanya. 
Orang yang berada disamping Rosulullah itu tiba-tiba berkata,   
"Ya Rasulullah, aku mencintai Dia.“
"Apakah  engkau telah memberitahukan kepadanya?“, tanya Nabi.
"belum" jawab orang itu.
Rosulullah berkata, "Nah, kabarkanlah kepadanya!“.
Kemudian orang itu segera berkata kepada sahabatnya. 
"Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.“
Dengan serta merta orang itu menjawab, 
'Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya“. 
(HR. Abu dawud)

Rasulullah sering menganjurkan para sahabat untuk menyatakan 
rasa kasih sayang terhadap sahabat lainnya. 
Suatu ketika Beliau bersabda, 
"apabila seorang muslim mencintai saudaranya (karena Allah) 
hendaklah dia memberitahukan (kepadanya)“ 
(HR. Abu dawud dan Tarmidzi)

Membicarakan cinta sangatlah luas maknanya.  
Cinta itu artinya suka atau senang. 
Orang betawi bilang “demen”. Mengapa seseorang itu kita senangi? 
Karena dia pasti berkenan di hati kita. Karena hati merasa terkontak. 
Jadi standard cinta itu ada di hati. Cinta bersumber dari ketakjuban. 
Jika ketakjuban ini berlandaskan karena Allah alangkah indah rasanya.

Sayang kebanyakan kita telah salah persepsi dengan cinta, 
dimana makna cinta telah bergeser kepada birahi atau syahwat. 
Bila kata “CINTA” diungkapkan, persepsi kita langsung menggambarkan 
hubungan antara laki-laki dan perempuan yang belum menikah. 
padahal tidak semua cinta berorientasi syahwat, 
bahkan ada cinta yang merupakan suatu yang syar’i, suci, 
dan imani yaitu mencintai orang lain karena Allah dan iman kepada-Nya.

Ajaran islam menghendaki agar cinta antara sesama manusia 
dapat berlangsung karena mencintai dan mengimani Allah. 
 Standardises cinta ditentukan oleh iman dan amal sholeh dari orang yang dicintainya itu. 
Semakin tinggi keimanan seseorang, semakin untuk dicintai. 
Untuk itu, Allah telah mewujudkan bahwa iman itu sebagai sesuatu yang indah 
di hati orang-orang mukmin.

Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa Salam bersabda,  
“Janganlah kalian menganggap sepele dari kebaikan sedikitpun, 
Walaupun hanya dengan menyapa saudaramu dengan muka manis” 
(HR. Muslim)

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. 
Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan 
dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu 
serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. 
Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, 
sebagai karunia dan nikmat dari Allah. 
Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Al-hujarat :7-8)

Memiliki rasa cinta kepada iman dan orang-orang mu’min 
merupakan rahmat dan karunia Allah yang besar. 
Ini merupakan kasih sayang Allah kepada setiap insan Mu’min. 
Rasulullah bersabda, 
Tiang yang paling kokoh dan iman adalah mencintai karena Allah 
dan membenci karena Allah" 
(HR. Muslim)

Karena itulah mencintai sesama muslim merupakan salah satu 
diantara parameter keimanan seseorang. 
Untuk memperkokoh parameter cinta karena iman ini, 
para sahabat nabi sering berdoa dengan ungkapan.  
“Ya Allah jadikanlah kami mencintai iman, 
dan jadikanlah iman itu indah didalam hati kami. 
Dan bencikanlah kami kepada kekafiran kefasikan dan kedurhakaan. 
Dan jadikanlah kami tergolong orang-orang yang benar".

Berlandaskan cinta kepada iman inilah setiap muslim wajib 
mencintai saudaranya sesama mu’min. 
Rasulullah Shollalahu Alaihi wasalam bersabda  
“Tidak beriman salah seorang kamu sehingga mencintai saudaranya 
(sesama muslim) seperti mencintai dirinya sediri." 
(HR. Muslim)

Iman kepada Allah dan Rasul serta cinta kepada sesama muslim tak mungkin terpisah, 
karena seluruhnya merupakan satu kesatuan. 
Dengan landasan cinta inilah persaudaraan (ukkuwah) itu terbentuk diantara sesama muslim.

Kenapa seseorang bisa jatuh cinta ?

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, 
kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) 
mereka rasa kasih sayang."
(Al Quran Al Karim Surah Maryam ayat 96)

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. 
Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu 
dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat". 
 (Al-Hujarat : 10)

Kecintaan seorang muslim terhadap muslim lainnya 
tentu bukan disebabkan nafsu syahwat yang memuncak dalam perasaannya, 
tetapi karena kesadaran terhadap ukhuwah dan peningkatan iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kecintaan terhadap akhlaq yang mulia atau ketaatan dan ketakwaannya kepada Allah. 
Karena itu, ungkapan cinta mereka bukan merupakan pernyataan gombal 
diantara mereka seperti halnya ungkapan-ungkapan cinta oleh orang-orang sekarang yang mengikuti dari golongan non muslim yang hanya disampaikan setiap hari valentine saja Dan hari hari tertentu lainnya.. 
Tapi haruslah mengungkapkannya seperti yang disunnahkan oleh Rasululah.

Islam membimbing kita agar mengutarakan perasaan cinta ini dengan terus terang yaitu uhibbuka fillah atau uhibbuki fillah. 
Ungkapan ini membedakan antara cinta yang dilandasi iman 
dengan cinta yang berdasarkan syahwat. 
manakala seorang muslim menerima perkataan ini maka ia hendahnya menjawab Ahabbakallah lima ahbabtani iyyahu 
(semoga Allah mencintai anda disebabkan 
kecintaan anda kepadaku kepada Dia). 
Ungkapan mesra seperti ini akan menambah eratnya tali ikatan ukkuwah 
diantara sesama muslim...
Namun....bukan berati ungkapan "uhibbuka fillah/ uhibbuki fillah" di jadikan ajang bercinta karena nafsu ya...?!

Namun cinta karena allah yang sesungguhnya...!!